The Clarity
Untuk kesekian kalinya mengucap syukur kepada Allah SWT
karena sudah menyelesaikan satu langkah menuju tanggung jawab selanjutnya. Apa itu?
Suatu sebutan yang mudah dibayangkan namun tidak mudah dilakukan. Tidak semua
orang juga bisa melalui ini. Apalagi kalau bukan yang namanya kuliah dan
menyelesaikan Skripsi/Tugas Akhir. Sampai saat ini masih berasa mimpi bisa
melalui itu semua.
Awalnya sempat terpikir ingin buat mandiri aja, tapi setelah
berulang kali dipikir lagi, bakalan lebih sulit. Akhirnya bertemulah dengan
mereka Ardis dan Tifa yang punya keinginan sama. Kami sepakat untuk membuat tugas akhir
bareng, dan buat kelompok bertiga. Mulai dari menentukan tugas masing-masing,
rapat, membuat ide, konsep, riset, wawancara, editing yang bikin mata bengkak
dan pegel-pegel, sampai preview dan terakhir melalui sidang skripsi yang
ternyata engga seseram yang dibayangkan! Benarkah? :O
Membuat tugas akhir itu memang susah engga susah. Terkadang rasa
malas yang nempel, sulit banget dilawan. Belum lagi kalau tiba-tiba sakit melanda
di hari H mau liputan. Untungnya aku punya tim yang solid, mungkin karena dari
awal kami sama-sama sewaktu magang di radio, jadi makin dekat pas nyusun
skripsi yang juga formatnya radio. Saling bantu, saling ngerti, saling nutupin,
saling kesal, saling beda pendapat, pokoknya saling semuanya, yang kayaknya
beda dengan kelompok biasanya. Tapi itu yang bikin kita dekat! Kita jujur satu
sama lain.
Tugas akhir yang kami buat adalah mengenai Dokumenter Radio
Nostalgia, dengan judul Alunan Si Hitam Merdu, dalam program Klasik Indonesia. Di
dalamnya berisikan mengenai perkembangan Piringan hitam di Indonesia dari zaman
ke zaman, lalu tentang kolektor piringan hitam di Yogyakarta, lagu-lagu tempo
dulu, sampai eksistensinya di masa kini yang masih ada penyanyi yang membuat
albumnya menggunakan format piringan hitam.
Tujuan dari karya ini adalah, agar generasi terdahulu dapat
mengenang kembali piringan hitam, yang merupakan salah satu penunjang berkembangnya
musik indonesia, karena merupakan alat perekam suara pertama di dunia. Serta, setidaknya
jika memang tidak bisa dibuat lagi, sebagai generasi muda, kita juga perlu tahu
sejarahnya, lagu-lagu anak negeri, dan melestarikannya dengan cara merawatnya. Ini
benar-benar original karya kami, yang kami buat dengan riset, dan konsep
sendiri. (Jangan dicontek ya!! Nanti bisa kami tuntut kalau jiplak!!)
Di Hari H sidang, masing ingat banget karena tanggalnya
bagus. 8-8-16! Hari itu aku dan mereka ngerasa jadi beda, lebih percaya diri
dan berani. Engga ada sama sekali yang namanya gemeteran. Dosen pengujinya juga
memerhatikan kami dari awal sampai akhir, dan engga pernah dipotong sampai
selesai karya ditampilkan. Ibaratnya waktu itu benar-benar punya kami banget. Evaluasinya
juga santai, dan kami ajaibnya selalu bisa jawab, malah kami sampai saling
bantu satu sama lain. Diakhir, salah satu penguji bilang kalau kita dibilang
tim paling solid, kelihatan dari awal presentasi, sampai evaluasi, konsisten
dengan konsep serta karya yang dihasilkan. Katanya kami menyatu. Siapa yang
engga bahagia dipuji begitu. Kami bertiga nangis, waktu dengar kata “LULUS”. Ahh,
itu rasanya campur aduk. Mungkin rasa terharu, dan simpati sama kami, snack yang harusnya buat penguji, mereka
malah kasih buat kami, sambil jabat tangan kami memberi selamat. “Karya yang
memuaskan!” katanya.
Rhia - Tifa - Ardisma
( Pengarah Acara - Penulis Naskah - Produser )
Setelah selesai semuanya, dan tinggal menunggu hari wisuda
tiba. Aku punya ide buat bikin foto kenang-kenangan sama mereka. Konsepnya tetep,
vintage is everywhere! Haha.. dan mereka setuju. Kebetulan suamiku photographer yang sedang meniti karir
untuk menjadi profesional, dibantulah kami mewujudkan keceriaan, dan
kebersamaan kami lewat sebuah gambar, yang engga akan kami lupakan seumur hidup
kami.
With Love,
Rhialita
Konsep : Sweet Vintage
Judul : The Clarity
Photographer : Andre
Widiyanto (IG : @Andrewdynto)
0 komentar
Rhialitage